Pernah nggak kalian ngerasa benar-benar kosong. Not only in heart, mind tapi sampai kerasa ke your whole body juga kosong. Feel like you lost your soul. Saat dimana kalian menjalani hari-hari menjadi seperti sebuah rutinitas yang membosankan yang nggak akan pernah habisnya. Macam roda. Macam lingkaran. Dan saat ini saya sedang berada dalam kondisi sekosong itu. Saya kadang bahkan merasa saya menjalani hari ya karena harus. I really hopes I can escape from this daily life snare. Tapi ya nggak bisa, sekarang saya udah jadi mahasiswa tingkat akhir. Apa-apa mulai dipikir. Masa depanlah, kerjalah, skrispsi atau nggaklah, gimalah, dan lah lah lainnya. Kadang saya berpikir rasa kosong yang sedang hinggap didalam diri saya ini, mungkin karena kecemasan dan ketakutan yang menghampiri saya sebagai mahasiswa yang sudah segera tua. Dan harus menghadapi kenyataan dunia (nggak terdengar berlebihan kan?). Dan saya sangat salut dengan beberapa teman saya yang menurut saya tak perlu takut akan masa depan mereka, karena keberanian mereka menantang dirinya. Iya, saya adalah seorang penakut. Terlebih untuk mengambil risiko.
Saya juga sedang dalam kondisi rindu rumah (maklum anak kosan), tapi saya merasa sudah cukup terlambat karena saya sudah bertambah tua. Saya sedang merindukan masa-masa dimana saya bisa menikmati rumah dan lingkungan sekitarnya, bermain bersama teman seumuran saya ketika umur saya masih sangat muda. Mungkin ketika saya masih SD. Saya tak mau menyalahkan orangtua saya yang membentuk saya menjadi seorang anak yang harus rajin belajar, berprestasi dan membanggakan orang tua. Saya cuma merindukan beberapa fase yang terlewat dalam hidup saya. Terlebih fase saya seharusnya bertumbuh di rumah seperti kedua adik saya. Saya benar-benar rindu.
Saya juga sedang dalam kondisi rindu rumah (maklum anak kosan), tapi saya merasa sudah cukup terlambat karena saya sudah bertambah tua. Saya sedang merindukan masa-masa dimana saya bisa menikmati rumah dan lingkungan sekitarnya, bermain bersama teman seumuran saya ketika umur saya masih sangat muda. Mungkin ketika saya masih SD. Saya tak mau menyalahkan orangtua saya yang membentuk saya menjadi seorang anak yang harus rajin belajar, berprestasi dan membanggakan orang tua. Saya cuma merindukan beberapa fase yang terlewat dalam hidup saya. Terlebih fase saya seharusnya bertumbuh di rumah seperti kedua adik saya. Saya benar-benar rindu.
Tapi sekelebat pikiran lalu muncul, mungkin juga kekosongan ini muncul karena saya sedang dalam kondisi benar-benar jauh dengan Tuhan. Bukan berarti saya menjadi orang yang tidak percaya, tapi saya sedang terlepas dari aktivitas untuk memenuhi kebutuhan rohani saya. Dan hal itu masih menjadi pertanyaan saya sampai sekarang, apakah seorang yang percaya akan Tuhannya, bisa tidak menjalankan kegiatan wajib pun non wajib pemenuh kebutuhan rohaninya, misalnya ada orang sangat percaya Allah tapi dia jarang sekali sholat. Mungkinkah?
Entahlah. Mungkin ini hanya pikiran dan hati saya yang mungkin sedang disesaki banyak hal sehingga membuatnya terasa kosong karena beban yang terasa terlalu berat. Hingga kaki pun terasa seperti melangkah karena terpaksa. Paradoks? Mungkin iya. Tapi satu hal yang menurut saya membuat saya lepas dari rasa kosong ini adalah ketika saya berjalan sendirian menikmati udara malam dingin di luar kamar kosan saya. Atau mungkin kamar kosan yang sumpek ini yang membuat saya merasa sangat kosong? Entahlah.
Entahlah. Mungkin ini hanya pikiran dan hati saya yang mungkin sedang disesaki banyak hal sehingga membuatnya terasa kosong karena beban yang terasa terlalu berat. Hingga kaki pun terasa seperti melangkah karena terpaksa. Paradoks? Mungkin iya. Tapi satu hal yang menurut saya membuat saya lepas dari rasa kosong ini adalah ketika saya berjalan sendirian menikmati udara malam dingin di luar kamar kosan saya. Atau mungkin kamar kosan yang sumpek ini yang membuat saya merasa sangat kosong? Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar